Oleh Ferdian A. Majni
Besok, Selesa 6 November 2012 merupakan puncak persaingan politik terbesar tahun ini, mereka kembali mengadakan pemilihan umum presiden ke-57 dalam sejarahnya.
Menariknya, Barack Obama kembali bersaing guna memperebutkan kursi nomor satu di Amerika Serikat setelah ia duduki sejak 2008. Ini jelas sebuah perjudian besar bagi Obama, juga kesempatan terakhirnya. Tiga Nama juga muncul guna menghambat ambisi Obama, rivalnya pun begitu tersohor; Mitt Romney, ia merupakan mantan Gubernur Massachusetts, sebuah negara bagian Amerika Serikat. Romney diusung Partai Republik.
Dua nama lagi memang kurang mengigit, namun cukup kuat untuk menjadi kuda hitam. Gary Johson , mantan Gubernur New Mexico, ia berada dibelakang Partai Libertarian. Yang terakhir, seorang wanita yang didukung oleh Partai Hijau, ia Jill Stein.
Mulai besok, perhatian dunia sejenak beralih ke sana. Betapa tidak, dipastikan ada sekitar 309 juta jiwa ikut berpartispasi dari 50 negara bagian di Amerika Serikat(wikipedia.com).
Meski menarik untuk diikuti, namun siapapun yang menjadi Presiden Amerika Serikat, tak ada dampak signifikat yang dirasakan Indonesia. Walaupun Indonesia menjadi negara sekutu dalam perihal industri, sistem ekonomi kapitalis ala Amerika tak mengubah apapun di Indoesia. Namun malah sebaliknya, pertumbuhan ekonomi negera adidaya itu kokoh, pengangguran kian teratasi dan inflasi rendah, secara tak langsung ini merupakan sumbangsih Indonesia yang gagal memaksimal kerjasama kontrak PT. Freeport.
Patut dicatat, siapapun Presiden Amerika. Indonesia bukanlah tujuan utama sekutu mereka, selain menggeruk hasil sumber Daya Alam Indonesia, apalagi yang bisa mereka dapatkan dari Indonesia. Bahkan Barack Obama telah membuktikan. Secara emosional, kedekatan Obama dengan Indonesia sangat intim, memiliki ayah tiri orang Indonesia dan menghabiskan masa kecil di Menteng, Jakarta, cukup menyeruak secercah harapan. Namun Sejalan waktu berlalu, Obama tetap Obama; Presiden Amerika Serikat, bumi Papua terus diperas dan lirih.
Lalu bagaimana dengan kebijakan politik luar negeri mereka, bagaimana solusi konflik antara Palestina-Israel yang kian meruncing, dan apa urusan Amerika terhadap nuklir Iran serta apa pengaruh bagi Indonesia.
Amerika memang superior, mereka bisa bertindak melakukan intervensi militer terhadap negara yang dianggap bertingkah dan berbuat ulah terhadap sekutunya. Liat saja Irak, Afghanistan, dan Sudan bagaimana dibuatnya, itu ada kaitanya dengan kebijakan politi luar negeri Amerika yang mengatasnamakan kemanusiaan, meski saat Obama memimpin perihal itu sedikit berkurang, namun ia juga tak akan terus begitu.
Bahkan saat ini Amerika, mulai terlibat diam-diam dalam konflik yang terjadi di Suriah. Di bawah kendali Obama, memang Amerika tak ingin terlibat langsung, mereka juga harus berhadapan dengan Negara kuat lainnya, seperti Cina, Rusia dan Iran yang merupakan rival abadi.
Tatkala sekutu abadinya sedang bersengketa, Amerika pasti siap membantu. Saat ini, Iran dan Israel masing sedang alot dalam perkembangan nuklir. Lucunya, Ameraka malah mempermasalahkan nuklir Iran yang dianggap berbahaya meskin tujuannya untuk kebutuhan energi.
Indonesia sebagai negara berkembang, tercatat telah menjalin kerjasama dengan 162 Negara dari lima benua(id.wikipedia.org), termaksud Iran dan Amerika tanpa Israel. Jika Iran-Israel tak menemui titik temu, dan seandainya perang solusi terakhir, bisa dipastikan apa yang akan dilakukan Amerika. Dan Indonesia yang menjalin kerjasama dengan Iran dalam hal peminyakan, dipastikan mengalami imbas besar.
Ciyus, Iran-israel akan perang, semoga tidak. Amerika juga masih pusing memulihkan carut-marut perekonomian negaranya. Dan pasti akan merugikan banyak pihak. Siapapun Presiden Amerika nanti, semoga hubungan diplomasi Indonesia-Amerika serikat berjalan baik, mempertimbangkan kepentingan nasional bukan malah mengeruk hasil Bumi Indonesia dan memperkaya diri masing-masing. Miapah, Indonesia-ada atau tanpa Obama tetap negara ter-korup di dunia(forum-detik.com) dengan sumber alam yang cumpah-ruah. Cungguh.Hehe...[]
0 komentar:
Posting Komentar