Oleh Ferdian A. Majni
Magrib baru saja usai, gemuruh binatang malam menyeruak. Di sebuah rumah permanen, suaranya lamat-lamat terdengar dari balik jendela. Bak seorang guru yang sedang mengajar di sekolah, dara itu berdiri di depan belasan siswa yang ingin belajar private dengannya. Saban malam, rumah di jalan Shalihin, lorong Meulu III, Lam Glumpang, Ulee Kareng itu tak pernah sepi.
Dara itu bernama Dian Agustin, teman-temannya biasa memanggil Dian. Ia membuka kelas private untuk anak-anak yang sedang menempuh pendidikan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Berawal dari hobinya mengajar, Dian membuka kelas mengajar tanpa mengharap imbalan dari anak-anak didiknya tersebut.
Dengan bekal ilmu di bidang pendidikan, Dian membuka kelas private di rumahnya. Ruang tamu berukuran 4x4 meter di rumahnya itu disulap menjadi kelas bagi anak-anak yang ikut belajar bersamanya.“Dian ngajarnya tiap malam kecuali hari Minggu atau ada acara keluarga baru libur” ujar dara kelahiran 24 Agustus 1990 lalu.
Saya berkesempatan mewawancarai dara berkulit hitam manis itu di tempat bimbingan belajar BIMAFIKA Jambo Tape. Dengan memakai baju gamis bercorak kotak-kotak dan rok berwarna hitam pekat, ia terlihat kelelahan. Namun lelah itu segera ditutupi oleh keramahannya.
Saat ini Dian sedang menempuh pendidikan di fakultas kejuruan ilmu pendidikan bahasa inggris di Universitas Syiah Kuala. Selain itu ia juga aktif di berbagai kegiatan lain.
Sejak masih bersekolah di SD Negeri 36 dan SMP Negeri 2 Banda Aceh, Dian selalu meraih peringkat tiga besar di sekolahnya, begitu juga tatkala masuk SMA Negeri 4 Banda Aceh. Prestasi Dian semakin bertambah, ia mendapatkan undangan masuk universitas (Usmu) dari universitas ternama di Indonesia. Tak hanya itu, ia pun terpilih sebagai 10 besar siswa peraih nilai UN terbaik di sekolahnya.
Sejumlah kompetisi pernah ia ikuti, di antaranya lomba kimia tingkat SMA se-Banda Aceh pada tahun 2007, debat bahasa inggris. Diajang yang diselenggarakanoleh Unsyiah Fair 2011 ini, ia meraih juara tiga.
Dian juga terdaftar sebagai warga English Student Association (ESA) Universitas Syiah Kuala, Anggota Aceh Cummunity Center English Society (ACCES) Sultan Selim II, Voluntary Teacher dan sebagai Staf Pengajar di Brilian Course Banda Aceh. Berkat keterlibatanya di sejumlah kegiatan tersebut, Dian memberanikan diri untuk mencoba mendaftar beasiswa IELSP (Indonesian English Language Study Program). Ini adalah beasiswa untuk mahasiswa seluruh universitas di Indonesia, mulai dari semester 5 sampai mahasiswa yang belum memulai skripsinya.
Setelah melengkapi persyaratannya, Dian mengirim berkas tersebut ke kantor IIEF di Jakarta. Saat pengumuman keluar dua minggu kemudian, Dian tak menemukan namanya tercantum di Pusat Bahasa Unsyiah. Artinya, kandaslah sudah harapannya menimba ilmu di negeri orang. “Ketika dinyatakan tidak lulus, Dian merasa sedih, tapi Dian harus iklas. Mungkin belum rezeki Dian” ungkap dara yang suka olahraga Aikido itu.
Saat itu Dian berjanji akan mencoba lagi, Dara pasangan bapak Anwar Ali dan Ibu Mariati itupun tak jera walau pada kesempatan pertama ia gagal. Dengan ketekunan dan kerja kerasnya maka pada tangal 16 November 2011 Dian mendaftar lagi. Setelah melengkapi berkas diantaranya, Toefl ITP dan mengirimkan dua esai berjudul “Error Analysis on The Using of Grammar in Writing Descriptive Text dan Corruption as The Major Cause of The Nation Destruction” .
Hasilnya, tak sia-sia. Awal Januari lalu, dia dinyatakan lulus. “Alhamdulillah bersyukur pada Allah, akhirnya perjuangan Dian dikalbulkan Allah” sebut dara yang pernah menjadi penerjemah bahasa Inggris itu.
Dian terpilih bersama 80 dari 3000 mahasiswa se-Indonesia yang mendaftar untuk short course di beberapa Universitas di Amerika. “Alhamdulillah, Dian menjadi Perwakilan dari Aceh ke Kansas dan Mahfujah Ulfa dari FKIP matematika ke IOWA” ujar dara peraih IPK 3,6 itu.
Anak pertama dari 4 bersaudara tersebut akan berangkat ke Amerika pada 29 Mei 2012 mendatang. Namun, sebelum berangkat, mereka akan mendapatkan PDO (pre departure orientation) pengarahan dan berbagai persiapan pada akhir Maret nanti di Jakarta.
Di Amerika, Dian akan belajar bahasa Inggris (English for Academic Purposes) juga akan belajar budaya Amerika, bergabung di immersion class (kelas yang terdiri dari mahasiswa dari berbagai negara), dan akan melakukan beberapa trip.
Sebagai perwakilan dari daerah masing-masing, Dian beserta 19 orang teman lainnya dari seluruh Indonesia akan menjadi duta kebudayaan. “Kami akan menampilkan berbagai tarian daerah, nyanyian, sovenir-sovenir, makanan daerah layaknya pameran kebudayaan,” kata pemilik motto “Lebih baik berusaha mencoba dan gagal daripada berkata tidak untuk mencoba”.
Mendekati keberangkatanya ke Amerika, Dian semakin memantapkan persiapannya seperti belajar tarian Aceh, “sekarang Dian sedang belajar likok puloe untuk penampilannya di Amerika nanti” kata penikmat nasi gurih lontong buatan ibunya.
Di Amerika, Dian juga akan mempromosikan tentang budaya Aceh dan keindahan pariwisata Aceh agar turis Amerika tertarik datang ke Aceh. Sehingga Aceh tidak dikenal dengan kekejamannya, tentang terorisnya, dan daerah konflik. “Semoga kekayaan budaya Aceh dan keindahan pariwisata Aceh dapat memikat minat turis datang ke Aceh” ungkap dara yang juga aktif ngeblog itu.
Diakhir wawancara, Dian juga menitipkan pesan buat Gaminong semua. Dian menganggap dirinya bukanlah golongan orang pintar, bukanlah mahasiswa yang pintar. “Masih banyak mahasiswa yang jauh lebih pintar dari Dian,” ujarnya sembari tersenyum.
Dian hanya mahasiswa yang ingin mencoba kesempatan yang ada, setidaknya Dian pernah merasakan mencoba dan gagal, guna menjadi pengalaman dan proses pembelajaran untuk diri sendiri. Daripada tidak mencoba apapun sama sekali.
“Untuk semua teman-teman, teruslah berusaha, sertakan doa disetiap usahamu. InsyaAllah akan membalas usaha dan doa kalian,” kata pemilik accout facebook die_an90@yahoo.com ini. []
sumber: atjehpost.com
foto : dok pribadi
0 komentar:
Posting Komentar