Catatan Polem | Ferdian A. Majni
malam begitu pekat,
memuja langit pada siang yang gerah lalu lindap tatkala malam tengadah
kita masih bisa bercerita tentang Bedaya, Kuda Lumping dan Reog
lalu di sini kita bisa belajar Saman, Seudati dan Rapa’i
bukan perkara dendam lama yang tersimpan dalam relung hati mu
seperti kemarau panjang menanti rinai hujan, aku tak kuasa menahan belenggu yang menghujam raga-raga jelata.
pada jiwa-jiwa yang waras, aku mengadu kisah pilu yang meretas tatkala bedil-bedil masih menyala.
biarkan keelokaannya meliuk-liuk di taman persahabatan. Agar peluh kita tak melelahkan. Tertatih langkahku menyusuri waktu, merenggut setetes embun penyejuk kalbu dalam sabda-sabda suci.
tatkala jemari tanganku mulai melepuh, tatkala jemari kakiku mulai kaku. Berderai tangisan dalam segala luka, aku masih menunggu hadir mu kembali. Pada episode-episode terakhir tentang cinta; kebersamaan, kesetiaan dan keabadian cinta Ilahi.
Pidie, 8 Januari 2012
0 komentar:
Posting Komentar