Malam,
tatkala langit berselimut pekat
bergemuruh manusia di pusat taman itu
ada pesta di gedung megah milik empunya negeri
Mataku terpana dengan tarian leluhur
telingaku tuli dengan konser etnis
mulutku tersenyum pada artis
yang katanya berdarah Aceh
inilah Aceh yang terkenal itu
Aceh yang bersyariat
Namun, malam itu demi cintaku padamu
kugadaikan semua perasaan itu
karena aku lupa, bahwa sajian itu masih tersisa
untuk mata, telinga, mulut dan semua indera
di sini masih ada sajian airmata
yang turun dari rinai hujan malam itu
untuk mereka yang berteriak dari Barak Bakoy
untuk mereka yang berteduh di Jalan Kakap
untuk janda dan bocah yang tersesat
untuk kita yang lupa pada kebersamaan
bukankah memuliakan tamu adat kita?
sejatinya kita yang peduli
tak ego sekadar menyapa
aku lupa berapa airmata untuk cerita malam itu
Belum sepantasnya aku berkunjung malam itu
kota ini masih berduka
tak bisa kuceritakan pada paduka
mengapa masih bersedih
bukankah airmata malam itu telah ditelan hujan
beri aku sebuah harapan bukan janji
seperti yang pernah kauucapkan pada rakyatmu
masih ada yang penting
masih ada yang pantas
dan masih ada yang harus dibahagiakan!
(Banda Aceh, 30 januari 2011)
Ferdian A.Majni, Mahasiswa Teknik Elektro, Pimpinan Usaha di UKM Pers DETaK Universitas Syiah Kuala dan siswa menulis di Muharram Journalism College (MJC), Banda Aceh.
0 komentar:
Posting Komentar